Sahabat Bunda yang saat ini sedang mengandung, akan mengalami perubahan emosi yang seringkali naik meski dengan hal yang sederhana. Hal ini disebabkan oleh perubahan emosional yang terjadi oleh ibu hamil.
Namun jika emosional yang Bunda alami terus menerus dan membuat emosi Bunda naik dan sering marah akan membahayakan janin yang Bunda kandung loh.
Akibat Peningkatan Hormon
Perubahan emosi yang dialami Bunda yang sedang mengandung merupakan efek dari naiknya hormon estrogen dan progesteron. Hal tersebut akan mempengaruhi otak yang mengatur mood atau suasana hati.
Perubahan mood ini akan berlangsung pada usia kehamilan 6-10 minggu pertama dan pada saat menjelang persalinan. Bagaimana jika Bunda merasakan peningkatan Emosi terus menerus saat kehamilan, maka akan meningkatkan resiko berbahaya pada janin Bunda.
Akibat Emosi Yang Berlebih Berdasarkan Penelitian.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti, menghasilkan adanya hubungan emosi pada ibu hamil dengan resiko kehamilan yang terjadi pada janin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada ibu hamil dengan dua kategori kelompok, yakni kelompok tingkat stres (emosional) yang tinggi dan stres yang stabil di kehamilan trimester 2.
Dari kelompok yang memiliki emosi yang tinggi ditemukan hasil adanya peningkatan ketegangan pada ibu hamil yang menjadikan mereka depresi. Akibatnya, janin pada ibu mengalami aktif yang berlebihan dan mengalami keterlambatan pertumbuhan.
Saat sedang marah, tubuh ibu hamil akan dipenuhi hormon kortisol dan adrenalin yang menekan hormon dopamin dan serotonin. Hal ini juga yang akan dialami oleh bayi di dalam kandungan. Akibatnya, bayi yang lahir dari seorang ibu yang sering marah lebih berisiko mengalami gangguan pola tidur, orientasi, kematangan motorik, dan belum lagi bisa mengalami depresi.
Potensi Resiko Pada Janin saat Bunda Emosional
Dengan Bunda melakukan rilaksasi diri dan berupaya menstabilkan emosi dengan baik akan mengurangi resiko berbahaya pada janin. Berikut bahaya yang berpotensi timbul saat Bunda emosi sepanjang kehamilan.
Bayi akan lebih mudah mengalami alergi ketika lahir.
Pada hal ini disebabkan karena pada saat janin dalam perut ibu, janin juga menyerap hormone korsitol yang cukup banyak, semakin tinggi hormone ini maka akan semakin tinggi pula tingkat alergi yang akan dialami oleh sang bayi nantinya.
keguguran.
Stress yang dialami ibu hamil juga menyebabkan janin yang ada di kandungannya mengalami stress karena hormone stress ibu juga diserap oleh bayi, itu akan menyebabkan bayi tidak terkondisikan dengan baik, sehingga terjadi keguguran. jadi lebih baik ibu saat hamil mengondisikan diri untuk tidak terlalu stress, salah satu cara adalah dengan perbanyak istirahat dan rileks.
Bayi lahir prematur.
Bila stress yang dialami ibu pada saat umur janin trimester pertama maka akan terjadi gangguan pada janin, hingga menyebabkan lahir lebih cepat atau biasa disebut dengan istilah premature. biasanya bayi yang lahir premature memiliki daya tahan tubuh yang kurang sehat, karena metabolisme terbentuk secara sempurna.
Kekebalan tubuh bayi akan berkurang.
Stress yang berlebih dan berlangsung terus menerus akan mengganggu proses terbentuknya sisitem kekebalan tubuh yang dibutuhkan oleh janin, jika ibu selalu stress dan cemas janin tidak akan mampu menerima kekebalan tubuh yang diproses. hal ini menyebabkan bayi yang berumur setelah enam bulan akan kehilangan sedikit demi sedikit kekebalan tubuhnya.
Perkembangan yang kurang baik.
Perkembangan pada janin yang dimana seorang ibu kerap merasakan stress akan berkembang kurang baik, atau tidak sesuai dengan masa perkembangannya. boleh jadi karena stress yang dialami ibu menyebabkan daya otak dalam berfikir bayi akan terhambat, itu artinya bayi akan berkembang lebih lambat dari biasanya.
Bayi akan cenderung mengalami emosional.
Hormone stress yang diserap bayi memang mampu menyebabkan keguguran, namun ketika pada saat itu bayi mampu bertahan dan sampai lahir, maka efek dari hormon itu akan terjadi saat bayi sudah lahir di dunia, hal ini akan menyebabkan bayi tersebut sulit dalam mengontrol emosinya dan juga bayi akan lebih mudah stress.
Gangguan autism pada bayi.
Stress yang dialami ibu menyebabkan bayi mengalami autism, karena lambatnya perkembangan bayi ketika ibu selalu stress.
Gangguan tulang belakang atau kelainan tulang belakang.
Untuk menghindari hal ini lebih baik menjaga kesehatan sejak sedini mungkin, karena resiko kelainan pada tulang belakang sangatlah besar. bahkan kelainan pada tulang belakang bisa berujung pada kematian bayi itu sendiri.
Kurangnya berat badan pada bayi.
Stress yang dialami bayi menyebabkan kondisi bayi semakin lama malah semakin memburuk, hingga perkembangannya pun tidak berjalan dengan baik, berat badan pada bayi akan turun dan tidak sesuai pada masa perkembangannya.
Menjadi ibu yang selalu bahagia saat hamil, meskipun hal ini terlihat sulit tapi bukanlah sesuatu yang mustahil. Disini tentu dibutuhkan kerjasama suami istri bagaimana caranya agar saat ibu hamil selalu bahagia serta terhindar dari stress. Suami berperan untuk selalu mendampingi dan memastikan istrinya agar selalu bahagia, menjaga perasaannya agar tidak bersedih atau stress, serta berusaha menghibur saat istri saat mengalami kesedihan.