Air ketuban merupakan pelindung untuk janin selama didalam rahim. Air ketuban akan pecah atau dipecahkan secara manual saat janin siap dilahirkan, umumnya ketuban pecah dalam waktu 24 jam sebelum proses persalinan. Saat air ketuban pecah sebelum proses persalinan maka disebut dengan ketuban pecah dini.
Penyebab Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan prematur alias bayi terpaksa dilahirkan sebelum waktunya. Air ketuban pecah lebih awal bisa lebih berisiko terjadi jika terdapat beberapa hal seperti berikut:
- Infeksi rahim, kantung ketuban, leher rahim, atau vagina. Ini adalah pemicu umum ketuban pecah dini.
- Cedera fisik, misalnya akibat kecelakaan kendaraan bermotor atau terjatuh.
- Rahim dan kantung ketuban yang terlalu teregang. Hal tersebut diakibatkan oleh jumlah janin dalam kandungan lebih dari satu atau volume cairan ketuban yang terlalu banyak.
- Merokok atau menggunakan narkoba selama masa kehamilan.
- Menjalani operasi atau biopsi serviks.
- Pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya.
- Perdarahan vagina selama kehamilan.
- Kelainan plasenta.
- Posisi janin yang tidak normal di dalam rahim.
- Indeks massa tubuh ibu hamil yang
- Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.
Komplikasi Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini bisa dianggap sebagai hal serius karena dapat mengakibatkan:
- Ketika ketuban pecah, kuman dapat bermigrasi ke dalam kantung ketuban hingga menyebabkan infeksi dalam rahim. Gejalanya termasuk suhu tubuh naik, keputihan yang tidak biasa, vagina berbau yang tidak enak, denyut nadi cepat, nyeri di perut bagian bawah, dan detak jantung janin menjadi lebih cepat dari biasanya. Kondisi ini dapat menyebabkan sepsis pada bayi yang berbahaya.
- Bayi lahir prematur.
- Meningkatkan risiko terjadinya retensi plasenta (sebagian atau semua plasenta tertinggal di dalam rahim). Kondisi ini akan menyebabkan perdarahan postpartum, yaitu perdarahan lewat vagina dalam waktu 24 jam hingga enam minggu setelah melahirkan.
- Volume cairan ketuban terlalu sedikit (oligohidramnion), bila ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan usia muda. Ketika cairan ketuban hilang, tali pusat bisa terjepit di antara janin dan dinding rahim. Akibatnya, janin bisa mengalami cedera otak atau bahkan kematian.
Jika ketuban pecah sebelum kehamilan berusia 23 minggu, paru-paru janin kemungkinan tidak akan berkembang dengan baik dan menyebabkan janin tidak bisa bertahan hidup. Kalau janin bertahan hidup, maka kemungkinan akan mengalami cacat fisik dan mental ketika dilahirkan. Bayi juga berisiko mengalami beberapa masalah, seperti penyakit paru-paru kronis, hidrosefalus, cerebral palsy, dan gangguan perkembangan.
Jika Bunda mengalami tanda gejala dari adanya ketuban pecah dini sebaiknya segera melakukan pemeriksaan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan segera.